Jumat, 01 Desember 2017

Omzet PKL dan UMKM Makin Anjlok, Indonesia Diambang Krisis Ekonomi 2017

17 18:05 WIB

Omzet PKL dan UMKM Makin Anjlok, Indonesia Diambang Krisis Ekonomi 2017


ini linknyaOmzet PKL dan UMKM Makin Anjlok, Indonesia Diambang Krisis Ekonomi 2017

Jakarta, HanTer - Indonesia saat ini diambang krisis ekonomi 2017. Ekonomi makin terpuruk. Usaha ekonomi rakyat, seperti PKL  dan UMKM omzetnya makin anjlok. Pengusaha kelas menengah dan kelas atas (besar) sudah menarik diri, enggan berusaha.

“Bahkan investasi asing sudah tidak percaya dengan kondisi republik kita. Hingga saat ini daya beli rakyat pun makin menurun. Ke depan, high risk terjadi PHK besar-besaran yang makin perpuruk ekonomi Indonesia", kata Ketua Umum DPP Asosiasi Pedagang Kaki Lima (APKLI), dr Ali Mahsun di Jakarta, Jumat (4/8/2017).

Menurutnya, krisis ekonomi tidak boleh terjadi di negeri ini. Juga tak boleh terjadi perluasan dan lonjakan angka pengangguran dan kemiskinan. “Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelaparan massal dan masif, dan ini  sebagai ancaman serius atas bubarnya Indonesia.

“Oleh karena itu, APKLI desak Presiden Jokowi segera ambil langkah khusus segera atasi ancaman krisis ekonomi 2017. Jika tak mampu, kalau saya yang jadi Presiden maka segera mengundurkan diri demi utuhnya merah putih dan NKRI,” papar Ali Mahsun, dokter Ahli Kekebalan Tubuh jebolan FKUB dan FKUI.

Daya Beli Melemah

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) terus mengeluhkan penurunan daya beli  masyarakat yang berdampak terhadap industri. Pemerintah diminta mengambil kebijakan tepat guna memacu pertumbuhan ekonomi yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kembali daya beli masyarakat secara merata.

"Daya beli sekarang benar-benar nge-drop. Ini sudah warning banget," tegas Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (4/8/2017).

Pelemahan daya beli tersebut ditunjukkan dengan penurunan penjualan sepeda motor dan mobil, penjualan ritel, dan industri lainnya. Penyebabnya, ada ketidakmerataan distribusi pendapatan karena berbagai hal.

"Melihat tren investasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), penanaman modal naik, namun penyerapan tenaga kerja mengecil. Akhirnya distribusi pendapatan tidak merata, dan daya beli drop. Pada kebingungan semua, karena kelas menengah kan tidak beli sepeda motor, beli mie instan, jadi kita perlu menumbuhkan kalangan bawah," jelas dia.

Hariyadi berpesan agar pemerintah segera mengambil kebijakan tepat guna meningkatkan kembali daya beli masyarakat Indonesia. Salah satunya mengenai aturan ketenagakerjaan yang perlu direlaksasi. "Ambil kebijakan yang tepat, termasuk mengenai aturan ketenagakerjaan, jangan sepotong-sepotong," ujarnya.

Seperti diketahui, data Bappenas menunjukkan, pertumbuhan penjualan ritel riil dari 16‎,3 persen pada Juni 2016, anjlok menjadi 6,7 persen di Juni 2017. Impor barang konsumsi pun menyedihkan, dari pertumbuhan positif sebesar 11,1 persen menjadi negatif 0,8 persen.

Begitupun dengan pertumbuhan penjualan sepeda motor di bulan keenam ini anjlok menjadi negatif 26,9 persen dari sebelumnya di periode sama tahun lalu negatif 9,7 persen‎. Pertumbuhan penjualan mobil dari positif 11,4 persen menjadi negatif 27,5 persen. Sedangkan NTP turun dari 101,5 menjadi 100,5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pertumbuhan ekonomi di Papua triwulan II alami peningkatan

Pertumbuhan ekonomi di Papua triwulan II alami peningkatan ini linknya Pertumbuhan ekonomi di Papua triwulan II alami peningkatan Per...